Hello Bloggers \(n.n)/
Kali ini yang dibahas dalam post adalah sejarah Jendral Yue Fei... Sobat Bloggers yang suka dengan sejarah tentunya akan kenal dengan sosok beliau. Tetapi bagi yang tidak pernah mendengarnya, juga tidak apa-apa.. karena dalam postingan ini akan dijelaskan kepada kita... :)
Yue Fei adalah jendral terkenal dari Dinasti Song. Ia adalah jendral utama dalam pengembalian daerah yang direbut Dinasti Jin dibawah Kaisar Song Gaozong.
Kisah asal mula Cakue terkait dengan kematiannya. Yue Fei difitnah oleh pejabat kerajaan Qin Hui yang menyebabkan dirinya dihukum oleh Kaisar Song Gaozong. Hal ini menyebabkan kemarahan rakyat yang akhirnya membuat Cakue.
Pada tahun 1163, 21 tahun setelah kematiannya Kaisar Xiaozong membangun kuil untuk mengingat jasa Yue Fei. Di sana ditaruh empat patung yaitu patung Qin Hui, istrinya, Mo Qixie dan Zhangjun. Keempatnya dalam keadaan berlutut sebagai simbol penebusan kesalahan mereka. Di sisinya terdapat enam patung yaitu dua kuda, dua macan dan dua kambing yang melambangkan penjaga Yue Fei. Selain Cakue, tragedi kematian Yue Fei juga diadaptasi menjadi novel Legenda Yue Fei dan Opera Beijing Yue Fei and Yang Zaixing.
Sejak dalam kandungan, Yue Fei (1102-1142) sudah menunjukkan
tanda-tanda kalau orang asal Xiangzhou, Tangyin yang lahir dari keluarga
petani kelak bakal jadi seseorang yang istimewa. Pada hari
kelahirannya, ayahnya melihat seekor burung besar sedang terbang sambil
mengepakkan sayapnya. Oleh karena itulah putranya ia beri nama “Fei”.
Yue Fei memiliki nama alias (Zi) “Peng Ju”. Belum genap sebulan umur Yue
Fei, Sungai Huanghe tiba-tiba bobol, airnya meluap hingga
menenggelamkan seluruh Kabupaten Tangyin. Dalam keadaan genting ibu Yue
Fei yang bermarga Yao, demi mempertahankan hidup melompat masuk ke dalam
gentong besar, sambil menggendong Yue Fei. Gentong besar berisi ibu dan
anak itu mengalir bersama arus banjir bandang.
Akhirnya mereka baru diselamatkan setelah mendekat ke sebuah gundukan
tanah yang tinggi. Setelah itulah baru keluarga Yue bertiga dapat
bersatu kembali. Sejak kecil tubuh Yue Fei tegap perkasa. Sebelum
usianya genap 20 tahun, dia sudah berhasil menarik busur panah sebesar
300 kati dan busur silang sebesar 8 bongkah batu besar. Ketika ratusan
anak panah dilepaskan dari busurnya, maka ratusan anak panah itu
semuanya akan mengenai sasaran. Teknik membidiknya pun sangatlah hebat.
Pada akhir masa Dinasti Song Utara, pemerintahan di istana sangat
korup, negara mengalami banyak kesulitan, rakyat harus menjalani
kehidupan yang pahit, melihat keadaan seperti ini Yue Fei sangat geram
dan marah, dalam hatinya bergejolak rasa nasionalisme dan cinta negara
dan ingin melawan musuh. Ibunda Yue Fei tahu hati putranya ingin membela
negara, sehingga di punggung Yue Fei ia mentatokan kata “Jing Zhong Bao
Guo” (Setia dalam Membela dan Membalas Budi pada Negara). Ibunda Yue
Fei pun mendukung putranya mengikuti wajib militer untuk melawan musuh.
Saat berumur 20 tahun itulah Yue Fei mengikuti wajib militer.
Yue Fei lahir dari keluarga yang miskin dan sederhana, namun demikian
kelak ia berhasil menjadi jenderal yang penuh integritas. Sepanjang
karirnya ia berjuang untuk mencegah invasi bangsa Jin di perbatasan
utara Cina yang berulang kali mencoba menduduki Cina.
Sebagai komandan yang gagah dan bijaksana, pada suatu kali ia
berhasil mengalahkan pasukan Jin yang berjumlah 500 ribu orang hanya
dengan pasukan berkekuatan 800 prajurit. Kejadian di luar kota Kaifeng itu membuat Yue Fei dipuji oleh tokoh
Wanyen Hong Lieh (Wanyen Lieh) dalam novel Sintiauw Hiaplu sebagai
seorang jenderal yang ahli dalam seni berperang dan tanggung di medan
pertempuran. Dalam sejarah komandan pasukan Jin yang dikalahkannya konon
berkeluh kesah sesaat setelah dikalahkan Yue Fei. ”Rasanya lebih mudah
mengguncangkan Gunung Taishan daripada menghancurkan pasukan Yue Fei”.
Berkat Yue Fei dan Jenderal Han Shizhong, Dinasti Song Utara yang lemah
bisa bertahan selama beberapa waktu lamanya.
Pada tahun 1127 saat terjadi tragedi memalukan ‘Jing Kang’, tentara
negeri Kim [Jin] berhasil menduduki Bianjing [sekarang Kaifeng]. Mereka
menangkap dan menawan Kaisar Huizong dan Qinzong dan kembali ke utara.
Pangeran Kang mendirikan kerajaan dan bergelar Gaozong. Dia tak berani
tinggal di Bianjing dan melarikan diri ke Yangzhou, meninggalkan
jenderal tua Zong Ze sendirian menjaga Kaifeng. Pada saat itulah Yue Fei
bergabung ke bawah pimpinan jenderal Zong Ze dengan menjadi asisten
jenderal.
Yue Fei sangat cerdas dan gagah berani, selama itu ia banyak
memenangkan peperangan dan berjasa besar. Yue Fei melihat Kaisar Gaozong
mabuk kekuasaan, sepanjang malam hanya minum arak dan bersenang-senang.
Dalam kemarahan tanpa mempedulikan status dirinya sebagai bawahan, ia
menulis surat pada Gaozong dan memintanya kembali ke ibukota dan
membereskan kembali Cina Pusat.
Menteri korup, Huang Qianshan dan Wang Boyan membaca surat yang
dilayangkan Yue Fei. Di dalamnya terdapat laporan yang menyatakan mereka
berdua berkhianat pada Negeri Song. Kedua orang itu kontan kesal dan
melakukan berbagai cara agar Yue Fei dipecat dari jabatannya. Walaupun
terpukul, Yue Fei tidak merasa putus asa. Dia kemudian bergabung dengan
Panglima Zhao dari Hebei. Begitu kedua orang ini bertemu, mereka seperti
telah lama mengenal dan punya pandangan yang sama.
Jenderal Zhang Suo lalu mempercayakan jabatan komandan pasukan. Yue
Fei tidak mengecewakan, berkali-kali dia menghancurkan pasukan Jin.
Pasukan Jin ketakutan melihatnya, bahkan memanggilnya dengan julukan
kehormatan “Kakek Yue”. Setiap kali melihat panji perang Yue Fei
melambai-lambai, mereka akan lari terbirit-birit ketakutan. Karena Yue
Fei berselisih dengan komandan lain Wang Yan, dia kemudian membawa
pasukannya untuk kembali berada di bawah komando Zong Ze. Dia kembali
banyak mencatat jasa dan memenangkan peperangan sehingga diberi jabatan
sebagai Pengendali Pusat Pasukan Penjaga. Setelah Zong Ze meninggal, Du
Chong diangkat sebagai penggantinya.
Pada tahun ketiga tahta Jianyan, Yue Fei mengikuti Du Chong mengawal
Istana Jiankang. Pada akhir tahun yang sama, tentara Jin menyerang ke
selatan. Tentara Du Chong berhasil dikalahkan tentara Jin. Yue Fei
sendirian memimpin pasukannya sendiri untuk mengumpulkan prajurit yang
terpencar dan mendirikan pasukannya sendiri. Kebetulan tentara Jin
menyerang Hangzhou. Yue Fei kemudian memimpin pasukan untuk melakukan
penyerangan. Dalam enam kali pertempuran, ia memenangkan keenam
pertempuran itu. Jenderal besar Jin, Wu Zhu yang dikalahkan Yue Fei,
mengumpulkan sisa tentaranya untuk mundur dan berjaga di Jianbei.
Sepanjang pelariannya ia selalu diserang kembali oleh Yue Fei. Tentara
Jin akhirnya berhasil ditumpas habis oleh Yue Fei. Jin Wu Zhu melarikan
diri untuk menyelamatkan nyawanya, tapi Yue Fei terus mengejar hingga Wu
Zhu hampir saja jatuh dari kudanya. Keesokan harinya, Yue Fei akhirnya
berhasil merebut Jiankang.
Tak ada yang meragukan kesetiaan prajurit-prajurit yang berada di
bawah pimpinan Yue Fei kepada sang komandan. Orang mengenal Yue Fei
sebagai sosok yang sudi berbagi suka dan duka dengan pasukannya, namun
ia juga sangat disiplin pada pasukannya. Begitu disiplin dan tegasnya
Yue Fei sampai ia meminta prajuritnya berjanji, “dalam keadaan dingin
sekalipun tak boleh merampas rumah orang, dalam keadaan lapar sekalipun
tak boleh merampok penduduk”. Berkat kerja kerasnya ini, Yue Fei
akhirnya berhasil membina pasukan yang disiplin tanpa pernah ada yang
berkhianat padanya.
Pada tahun 1134, Yue Fei untuk pertama kalinya memimpin ekpedisi
tentara Song ke Utara yang pertama dan berhasil mendapatkan kembali enam
kabupaten di Xiangyang. Hal ini membangkitkan semangat juang para
prajurit dan rakyat di Song Selatan. Istana kemudian menerimanya sebagai
pejabat. Pada saat itu Yue Fei yang berumur 32 tahun merupakan jenderal
termuda yang turut berjasa mendirikan Dinasti Song Selatan. Namun Yue
Fei tidak pernah puas dengan sumbangsihnya ini, dia ingin menaklukkan
kembali Cina pusat dan membersihkan aib “Jing Kang”. Oleh karena itulah
ia menuliskan puisi berjudul “Man Jiang Hong” (Sungai itu Berwarna
Merah) untuk mengutarakan keteguhan semangatnya untuk membela negara.
Meski berkeinginan untuk menumpas pasukan Jin, dan mengembalikan
wilayah Cina yang dijajah, Yue Fei justru menghadapi tantangan dari
dalam istana. Qin Hui, menteri yang iri menudingnya ingin menghamburkan
uang negara, karena peperangan memerlukan banyak uang. Hasutan Qin Hui
berhasil. Semakin banyak menteri menentang Yue Fei. Tahun 1141 Yue Fei
dipanggil menghadap Kaisar Song Gaozong ke istana. Di sini ia difitnah
telah bersekongkol dengan musuh. Yue Fei dijatuhi hukuman penjara dan
seperti dijelaskan pada bagian pertama tulisan ini sang pahlawan rakyat
ini dijatuhi hukuman mati bersama anaknya, Yue Yun.
Pada tahun 1163, Kaisar Gaozong memerintahkan penggalian atas makam
Yue Fei dan dipulihkan nama baiknya. Ia lalu dimakamkan di lokasi
makamnya sekarang. Baru pada tahun 1221 sebuah kuil memorial dibangun
untuk Yue Fei lengkap dengan arca raksasa Yue Fei yang dipasang di
dalamnya. Dalam perjalanan waktu kuil memorial itu telah dihancurkan dan
dibangun kembali selama beberapa kali. Kuil yang masih berdiri sampai
sekarang merupakan hasil restorasi tahun 1923. Di dalamnya terdapat
sebuah arca setinggi 4.54 meter lengkap dengan pedang di tangan, siap
untuk berperang kapan saja. Di belakangnya terdapat kaligrafi karya Yue
Fei yang berbunyi “Kembalikan gunung dan sungai pada kami”. Ini
menunjukkan rasa patriotisme dan perlawanan Yue Fei pada Negeri Jin
(Kim). Di kedua sisi kuil terdapat 120 prasasti yang di atasnya
di-grafir puisi-puisi ciptaan Yue Fei.
Di sebelah kanan Kuil memorial terdapat Musoleum Yue Fei. Di sini
terdapat 4 patung besi masing-masing Qin Hui dan istrinya, Zhang Jun dan
Mo Qixie yang sedang berlutut di depan makam. Di masa silam terdapat
tradisi memaki dan meludahi keempat patung ini yang dilakukan oleh
pengunjung yang berjiarah ke makam Yue Fei. Pengunjung bahkan boleh
melepas sepatu dan melemparkannya ke dua patung tersebut. Kini terdapat
tanda “jangan meludah” di sisi setiap patung. Sebagai gantinya para
pengunjung melakukan “tradisi” lain untuk mengungkapkan kekesalan kepada
empat penghianat itu yakni dengan cara menampar bagian belakang kepala
patung tersebebut. Di kedua sisi makam Yue Fei juga terdapat enam patung
batu, dua kuda, dua harimau, dan dua kambing yang menyimbolkan para
pengawal Yue Fei. Setiap tahun tak terhitung pejiarah yang datang ke
tempat ini untuk mengenang kepatriotan Yue Fei.
Makam dan kuil memorial untuk Jenderal Yue Fei hingga kini masih
menjadi salah satu atraksi turisme di Hangzhou. Kedua bangunan ini
terletak di bagian selatan Kaki Bukit Qixia. Bangunan kuil dan makam
yang ada sekarang merupakan bangunan yang kebanyakan dibangun pada masa
Dinasti Qing. Kompleks makam dan kuil ini terdiri dari taman makam, kuil
memorial dan kuil kesetiaan. Di sudut barat kompleks ini terdapat taman
makam yang menghadap ke timur. Dua buah kuil dibangun masing-masing di
bagian selatan dengan arah menghadap ke selatan.
Gerbang Kuil Memorial Yue Fei menghadap ke arah Danau Yue, salah satu
bagian dari lima seksi Danau Xihu. Di antara makam, kuil dan Danau Yue
berdiri sebuah ‘hifang’ atau pintu gerbang bertuliskan ‘Kesetiaan Tanpa
Batas’. Lebih dari 800 tahun setelah Kaisar Xiaozong dari Dinasti Song
Selatan mengeluarkan perintah kerajaan untuk memakamkan kembali Yue Fei
secara terhormat, Yue Fei masih terus dikenang orang.
No comments:
Post a Comment